![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_tGcnJ4L0yw4MUXl4i7Kn4idzCCuaadMtYhiJmXf0h89R2Zsft-He0gThszfJL5lKAX1ReC1Uycas3xwBwzW-ma-zed_-JW4cUIY4b_HosVv7NlJ-zmUYGBIx8ve1Q91NGDYFPiyHs-=s0-d) |
KRI Bung Tomo (Angling Adhitya/detikcom) |
Jakarta - KRI Bung Tomo menjadi salah satu unit kapal andalan Indonesia dalam proses evakuasi AirAsia QZ8501. Meski sudah balik ke pangkalan Surabaya, kapal perang itu siap kembali ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah kalau memang dibutuhkan.
"Malam ini (semalam) saya belum dapat perintah, namun kalau diperintahkan balik buat cari lagi, kami selalu siap. Ini misi kemanusiaan, keikhlasan buat membantu sesama," kata Komandan KRI Bung Tomo Kolonel Laut (P) Yayan Sofyan saat dihubungi detikcom, Minggu (4/1/2015).
Yayan mengatakan alasan KRI Bung Tomo kembali ke Pangkalan di Surabaya karena menyesuaikan mekanisme peraturan. Menurutnya, setiap kapal perang memiliki siklus waktu tertentu dalam beroperasi.
"Malam ini (semalam) kita balik ke Surabaya dulu. Ini kan balik karena rolling, tujuh hari, tujuh malam. Siklus normal ini karena setiap kapal perang begitu. Balik buat isi akomodasi, logistik setelah tujuh hari," ujarnya.
Seperti diketahui, kapal perang terbaru yang dimiliki TNI Angkatan Laut ini menunjukkan kapasitasnya dalam proses evakuasi AirAsia QZ 8501. Selain berbagai serpihan pesawat dan barang-barang korban, KRI Bung Tomo setidaknya sudah mengevakuasi 10 jenazah. Saat ini, peran KRI Bung Tomo digantikan oleh KRI Usman Harun dan KRI Frans Kaisiepo.
sumber: detikcom